Selasa, 06 November 2012

Menjadi Muslim di Jepang - Idul Adha di Sendai

Assalammualaikum

Konbanwa rekan-rekan sekalian.

Kali ini dalam tulisan "Menjadi Muslim di Jepang", saya ingin menceritakan tentang pengalaman Idul Adha yang berlangsung beberapa waktu yang lalu di Sendai.

Idul Adha merupakan salah satu hari raya besar dalam Islam yang memperingati kisah nabi Ibrahim dan anaknya nabi Ismail. Ketika itu, Allah SWT memerintahkan kepada nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya sebagai wujud ketaatannya. Perintah itu sangat berat mengingat nabi Ismail merupakan putra yang sangat disayangnya. Nabi Ismail sendiri berbesar hati untuk merelakan dirinya disembelih demi perintah Allah SWT, namun ketika nabi Ibrahim akan menyembelihnya, Allah SWT mengganti nabi Ismail dengan seekor domba. Peristiwa ini diabadikan dalam al-Qur'an surat as-Shaffat ayat 102-109.

Untuk memperingati keteladanan nabi Ibrahim dan nabi Ismail, umat Islam selain dianjurkan untuk melaksanakan salat sunnah Id juga diwajibkan menyembelih hewan Qurban seperti kambing atau sapi. Hari raya Idul Adha sendiri bertepatan dengan pelaksanaan haji di Mekkah sehingga bagi umat Islam, Idul Adha menjadi hari yang sangat istimewa (selain dari hari raya Idul Fitri). Di Jepang, keberadaan Islam yang minoritas menjadikan hari raya ini dirayakan dengan lebih sederhana dibandingkan di Indonesia yang dijadikan hari libur nasional. Hari raya yang pada tahun ini jatuh di hari Jum'at menyebabkan ada sebagian pelajar muslim yang memilih untuk berkuliah dibandingkan salat Id karena waktunya yang bersamaan. Selain itu, prosesi penyembelihan hewan juga tidak dilaksanakan di sini karena (menurut informasi dari teman saya) qurban melanggar hukum terkait perlindungan hewan di Jepang. Sebenarnya masjid sendiri menawarkan paket Qurban dengan kambing yang paling murah seharga 12.000 yen, namun saya kurang mengetahui apakah hewan-hewan tersebut kemudian disembelih di wilayah lain atau bagaimana. Saya sendiri sempat bingung bagaimana akan berqurban, namun tertolong oleh keluarga di Indonesia yang ternyata sudah mengurus qurban untuk saya.

Di Sendai, masjid Sendai melaksanakan salat Id yang dilakukan pada pukul 9 pagi dengan takbiran dimulai pukul setengah 9 pagi. Hal ini sangat berbeda dengan di Indonesia dimana takbiran sudah dimulai sejak semalam sebelumnya. Untuk grup muslim Indonesia di Sendai, kami mendapat undangan untuk membantu merapihkan masjid semalam sebelum salat. Paginya sebagian dari kami ada yang naik bus dan bagi yang memiliki mobil bertugas menjemput rekan-rekan yang lainnya. Setelah takbiran selama 30 menit, salat dilaksanakan dengan khusyuk. Setelah salat, sang imam menyampaikan khotbah yang dikutipnya dari khotbah Rasulullah SAW ketika melaksanakan haji wada'. Hal ini dikarenakan sang imam menginginkan para jamaah untuk mendengarkan pesan langsung Rasulullah kepada umat Islam. Pasca khotbah, para jamaah saling bercengkerama (foto di bawah).


Untuk menghadiri prosesi salat Id sendiri sebenarnya cukup menantang bagi saya karena waktunya bertepatan dengan jam kuliah. Awalnya saya cukup bimbang apakah akan ikut tapi bolos kuliah atau sebaliknya. Kebimbangan ini bertambah setelah salah seorang teman yang awalnya akan bolos memilih untuk tidak salat dan ikut kuliah. Alhamdulillah, dalam kebimbangan, saya mendapatkan nasehat bahwa kita tidak seharusnya hidup untuk mengejar urusan dunia saja namun urusan kita kepada Allah SWT harus diutamakan. Berbekal nasehat itu, saya pun nekat meminta izin kepada dosen via e-mail dan alhamdulillah diizinkan. Saya pun dapat menghadiri salat Id meskipun setelah itu harus segera menggowes sepeda menuju kampus untuk mengejar kuliah.

Oh ya, Keluarga Muslim Indonesia Sendai (KMIS) juga memiliki acara sendiri dalam merayakan Idul Adha yaitu dengan menggelar acara silaturahmi sambil makan-makan di salah satu asrama untuk mahasiswa asing. Acara digelar pada pukul 5 sore hingga selesai dengan sajian berbagai makanan Indonesia yang cukup melepas kerinduan.


Begitulah pengalaman Idul Adha di Sendai. Meskipun sederhana, namun memiliki kesan tersendiri.

Tidak ada komentar: