Rabu, 24 Oktober 2012

Menjadi Muslim di Jepang - Salat

Assalammualaikum

Konnichiwa,

Tak terasa sudah hampir satu bulan saya tinggal di negeri sakura, Jepang. Sampai saat ini pun sejujurnya masih sulit untuk mempercayai bahwa saya benar-benar berada di Jepang untuk program exchange di universitas Tohoku, Sendai.
Sebagai orang asing (gaijin) tentunya ada banyak hal yang berbeda dibandingkan dengan negara asal, Indonesia. Tantangan budaya yang berbeda juga bertambah dengan berbedanya kebiasaan dan juga kepercayaan soal agama di sini. Oleh karena itu, saya ingin membagikan pengalaman saya sejauh ini kepada teman-teman semua terutama saudara seiman dalam menjadi seorang muslim di Jepang. Dalam kesempatan ini, saya akan memulai dengan pengalaman dalam melaksanakan salat 5 waktu di sini.

Salat

Sebagai seorang muslim, melaksanakan ibadah salat 5 kali dalam sehari merupakan kewajiban yang harus ditunaikan kepada Allah SWT. Di Indonesia, masjid dan lantunan azan yang senantiasa mengingatkan waktu salat dapat dengan mudah kita jumpai. Keadaannya sangat berbeda di Jepang karena Islam merupakan minoritas di sini. Sejauh saya ketahui sampai saat ini ada 1 masjid di kota Sendai (masjid Sendai atau ICCS, Islamic Cultural Center Sendai), namun untuk mencapainya butuh waktu yang tidak sebentar baik dari kampus maupun dari asrama tempat tinggal saat ini. Majidnya sendiri cukup sederhana dan setiap sabtu senantiasa diadakan tilawah Qur'an bersama. Besok (Kamis, 25 Oktober 2012), rencananya akan diadakan bersih-bersih masjid untuk persiapan salat Idul Adha yang jatuh di hari Jum'at. Jika tidak berhalangan insya Allah saya akan bercerita lebih di postingan berikut-berikutnya :)

Foto masjid Sendai dari world-of-mosque.net

 Interior masjid Sendai

Kembali lagi ke urusan ibadah salat, karena lokasi masjid yang tidak terlalu dekat dengan kampus sehingga seringkali saya dan teman-teman lainnya harus beribadah di tempat lainnya terutama bagi di kampus bagi para mahasiswa.

Di lingkungan universitas Tohoku sendiri ada beberapa lokasi yang dapat digunakan untuk beribadah kendati tidak resmi sebagai tempat ibadah khusus. Bagi yang berkuliah di kampus daerah Kawauchi seperti saya, umumnya kita salat di lantai teratas gedung multimedia atau di International Center. Salatnya sendiri terkadang berjamaan terkadang sendiri, tergantung apakah ketika mau salat ada yang lain juga atau tidak. Pemilihan tempat ini juga dikarenakan lokasi yang sepi dan tenang sehingga tidak akan terganggu ataupun mengganggu orang-orang di sekitar. Selain itu, salah seorang dosen juga pernah menawarkan ke saya jika membutuhkan ruangan untuk melaksanakan ibadah dan alhamdulillah ketika saya mau melaksanakan salat di gedung Fakultas Ekonomi hari ini, saya diijinkan menggunakan ruangan salah seorang dosen.

Hal yang cukup menantang adalah ketika kita sedang berjalan-jalan di daerah perkotaan dan sudah tiba waktunya salat. Tidak seperti di Indonesia dimana musalla terdapat di hampir semua tempat, di sini tidak ada musalla sama sekali sehingga kita harus pintar-pintar mencari lokasi yang sepi untuk salat. Pemilihan lokasi cukup penting karena bagi orang Jepang yang tidak terbiasa melihat gerakan salat akan dianggap mencurigakan dan "mengganggu" (mungkin lebih tepatnya mengkhawatirkan) sehingga ada kemungkinan akan didatangi oleh security atau bahkan polisi seperti yang pernah dialami oleh salah seorang teman. Selain pemilihan tempat, hal yang penting untuk salat di tempat umum di sini adalah kita harus siap menahan atau menaggung rasa malu karena kemungkinan besar orang-orang akan memperhatikan kita ketika sedang beribadah. Hal ini terutama bagi yang perempuan yang memakai mukena menutupi seluruh tubuhnya akan terlihat sangat mencolok.

Pengalaman yang cukup menarik ketika melaksanakan salat di tempat umum ini saya rasakan ketika sedang menonton festival di kota dan sudah tiba waktu salat maghrib. Saya dan dua orang teman saya mencari-cari tempat salat hingga akhirnya kami memutuskan untuk salat di selasar depan gedung bank yang sudah tutup. Hal ini cukup "seru" karena lokasi kami beribadah adalah di distrik tempat hiburan malam (bar, klub, dan lain sebagainya) berada. Kami pun bergiliran melaksanakan salat karena akan lebih aman bila ada yang berjaga sehingga kecil kemungkinan akan didatangi oleh security di daerah tersebut. Ketika teman saya yang perempuan sedang salat, saya melihat bahwa orang-orang memperhatikan ke arah kami dengan pandangan heran. Menyadari hal tersebut saya berpikir mungkin memang perempuan itu begitu terlihat berbeda dengan mukena yang dikenakannya karena ketika saya dan teman saya yang laki-laki salat, orang-orang yang memperhatikan dengan heran tidak sebanyak itu.

Kokubuncho, distrik tempat hiburan dewasa (bar, klub, dsb).

Pengalaman ini memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi saya. Terus terang setelah mengobrol dengan teman-teman di sini pun kami menyadari bahwa seharusnya di Indonesia ibadah itu bisa lebih baik karena mudah sekali untuk beribadah. Di Jepang kita harus berjuang keras agar dapat melaksanakan ibadah wajib salat. Semoga teman-teman yang di Indonesia dapat mengambil hikmahnya dan memanfaatkan kondisi yang kondusif dengan semaksimal mungkin.

Wassalammualaikum

Senin, 22 Oktober 2012

Revival!

It's been such a long time since I write something in this blog. However, I think it is a good time to start writing again especially since right now I'm in Japan for a university exchange program.

So guys, starting today I'm gonna write about my experience, opinions and other things in my life especially now.
Hope you're going to enjoy it.