Kamis, 21 Maret 2013

Menjadi Muslim di Jepang - Minoritas di tengah Sakura

Sebelum masuk ke hal utama yang ingin saya sampaikan, saya ingin berujar sedikit mengenai masjid. Sebagai seorang muslim, masjid tentunya menjadi tempat yang sangat bermakna. Hal ini bukan karena masjid sebagai tempat untuk beribadah, namun masjid juga merupakan tempat berkumpulnya umat Islam, menimba ilmu, dan sebagainya. Bagi saya pribadi, masjid terutama di Jepang yang mayoritasnya adalah non-muslim merupakan tempat dimana saya senantiasa memperkokoh identitas sebagai seorang muslim.

Masjid As-Salaam Ueno-Okachimachi

Dalam beberapa kesempatan, saya Alhamdulillah sudah pernah berkunjung ke beberapa masjid di Jepang, Di antaranya adalah masjid Sendai (tentunya karena saat ini saya tinggal di Sendai), masjid Sapporo, masjid As-Salaam Ueno-Okachimachi dan Asakusa di Tokyo. Ada suatu rasa tersendiri masih bisa menjumpai masjid di negeri dimana Islam adalah agama minoritas yang rata-rata dianut oleh orang asing dari negeri beragama Islam seperti halnya saya. Beberapa waktu yang lalu ketika saya mampir di Tokyo dan beribadah di masjid As-Salaam Ueno-Okachimachi, saya menemukan sebuah pengumuman menarik yang ditempel di pintu masuk ruangan laki-laki.

Pengumuman di Masjid As-Salaam Ueno-Okachimachi

Di pengumuman itu tertulis bahwa pihak masjid beberapa kali diprotes oleh para tetangga dan dipanggil kantor wilayah bahkan hingga kepolisian. Alasannya adalah suara gaduh dari para jamaah. Oleh karena itu, pihak masjid meminta para jamaah untuk tidak mengobrol di dalam masjid bahkan di daerah luar sekitar masjid karena khawatir akan mengganggu tetangga. Tidak hanya itu, dikatakan bahwa ada masjid di wilayah Tokyo yang terpaksa harus menghentikan aktivitas rutinnya karena kejadian serupa. Situasi ini sangat menarik bagi saya karena sesungguhnya merupakan cerminan realita minoritasnya Islam di negeri sakura.

Ada juga kejadian lainnya terkait masjid yang saya dengar kisahnya dari kawan saya dan terjadi pada masjid Sendai. Ketika itu bertepatan dengan adanya berita penyanderaan di Algeria dan memakan korban warga negara Jepang (berita tentang kejadian tersebut di BBC). Kawan saya itu bercerita bahwa pada suatu malam datang seorang Jepang ke masjid sambil marah-marah terkait hal tersebut dan mengaitkannya dengan Islam (dan isu terorisme seperti biasa). Alhamdulillah, ada Sato-san, warga Jepang yang merupakan pengurus masjid, menjelaskan kepada orang tersebut dan masalah dapat diatasi dengan baik.

Kasus lainnya terjadi ketika saya pergi ke Hokkaido dan berjalan di kota Sapporo. Ketika itu saya sedang bersama teman perempuan yang memakai kerudung (yang di sini sangat terlihat sebagai identitas seorang muslim bagi perempuan). Tiba-tiba di tengah jalan ada seorang laki-laki yang berteriak-teriak setelah melihat teman saya tersebut. Kami yang tidak begitu memperhatikan dan juga karena kemampuan bahasa Jepang yang terlalu baik hanya berjalan terus melewati laki-laki tersebut. Setelah berjalan beberapa jauh, kawan saya yang lain (dengan kemampuan bahasa Jepang yang lebih baik daripada saya) berkata bahwa orang itu berteriak mengejek-ejek Islam.

Ada juga kisah dari pengurus masjid Asakusa yang bercerita bahwa dia pernah diajak berbicara dengan intel kepolisian Jepang. Beliau yang cukup mahir dalam berdialog pun justru mengajak kepolisian bertemu dan ngobrol-ngobrol saja jika ingin tau mengenai Islam dan tidak perlu interview atau interogasi.

Mengalami dan mendengar kisah-kisah tersebut membuat saya merenung dan menyadari bahwa inilah realita Islam sebagai minoritas dan masih ada anggapan kurang baik maupun miring terhadap Islam. Memang, tidak semua pihak beranggapan seperti itu karena di Jepang sendiri pun ada juga orang-orang Jepang yang tertarik mempelajari hingga memeluk agama Islam. Bahkan di berbagai universitas pun pihak kampus bersedia untuk bersama-sama mahasiswa muslim merumuskan serta menyediakan makanan halal. Walaupun begitu, saya pikir persepsi yang salah terhadap Islam ini juga merupakan hasil dari perilaku kita sendiri selaku muslim yang mungkin masih banyak salah dalam upaya menjalankan ajaran agama Islam. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dan introspeksi dari hal ini.

Nantikan juga tulisan saya berikutnya tentang pornografi di Jepang dalam seri Menjadi Muslim di Jepang.

Jumat, 08 Maret 2013

Bermain Snowboard: Alat dan Teknik Dasar

                                             Halo semua!
Sudah lama saya tidak mengisi blog ini dengan tulisan. Memang saya bukan tipe orang yang rutin mengisi blognya, namun kali ini saya ingin menulis tentang "Snowboard" meskipun saya bukan seorang pro dan masih sangat awam dalam hal ini. Meskipun begitu, snowboard telah menjadi salah satu olahraga favorit saya selama melewati musim dingin di Jepang. Olahraga ini sangatlah asyik dan disenangi terutama oleh kaum muda. Saya sendiri sampai saat ini sudah bermain sekitar 5-6 kali dan harus diakui masih sangat sering jatuh.

Nah, dalam tulisan kali ini, saya ingin menjelaskan sedikit bagaimana sih caranya bermain snowboard. Sebelum itu, pertama-tama kita harus tahu dulu apa saja alat yang dibutuhkan untuk bermain. Alat-alat yang dibutuhkan adalah:

1. Papan snowboard
Tentunya kita harus punya papan (board) untuk bisa bermain. Papan snowboard sendiri terbagi dalam beberapa jenis seperti "freeride" atau "all-mountain" yang cocok untuk segala medan (ini jenis yang paling cocok untuk pemula), "freestyle" yang cocok untuk beraksi melakukan berbagai trik dengan bantuan pipa dan lainnya, "carving/alpine/race board" yang cocok untuk balapan dan juga bermain di medan dengan salju yang belum tersentuh (salju di alam liar, bukan salju yang sudah disiapkan untuk berseluncur seperti di tempat-tempat ski).
2. Binding
Binding adalah penahan yang berfungsi mengikat sepatu boots dengan papan snowboard.
3. Sepatu Boots Snowboard
Sepatu boots yang digunakan bukanlah sepatu biasa dan tidak bisa menggunakan sembarang boots. Sepatu boots untuk snowboard berukuran besar dan tebal.
Snowboard, Binding, dan Boots
4. Jaket dan Celana
Jaket dan celana haruslah tahan air karena ketika bermain akan sering bersentuhan dengan salju yang pada dasarnya adalah air sehingga jika tidak tahan air maka akan menyebabkan pakaian kita basah. Selain itu, sepatutnya memakai jaket dan celana yang hangat karena kita bermain di musim dingin (kecuali kalau percaya diri bisa tahan suhu dibawah 0 derajat tanpa pakaian yang tebal).
5. Google
Bukan Google mesin pencari di internet ya. Google yang berupa pelindung mata ini sangat berguna bila kita bermain ketika salju turun dengan deras. Walaupun begitu, terkadang google ini berembun sehingga malah tidak kelihatan apa-apa (seperti yang pernah saya alami)
6. Topi Kupluk
Sebenarnya ini tidak wajib, tapi direkomendasikan terutama bila bermain di waktu cuaca sangat dingin.
7. Sarung Tangan
Sarung tangan sangat krusial bila tidak ingin tangan kita membeku. Sarung tangan juga harus tahan air karena kita akan sering bersentuhan dengan salju.
8. Perlengkapan Lainnya
Saran saya sebaiknya memakai neck warmer (penghangat leher) untuk menghangatkan bagian leher. Hal ini sangat berguna apabila anginnya kencang dan terasa menusuk di leher. Case kecil transparan yang diikat di lengan juga berguna untuk menaruh kartu lift (karena setiap naik lift petugas akan mengecek kartu lift kita).
Wujud Setelah memakai Perlengkapan

Baik, kurang lebih itulah alat-alat yang kita butuhkan agar kita bisa bermain snowboard dengan baik. Berikutnya kita akan membahas teknik-teknik dasar untuk dapat meluncur dengan benar. Pertama-tama, ada dua teknik dasar untuk berdiri yakni heel-side dan toe-side. Setelah keduanya atau salah satunya dapat dilakukan maka kita dapat meluncur dengan teknik falling leaf (daun yang jatuh). Setelah lancar maka kita dapat mencoba untuk meluncur dengan mengkombinasikan heel-side dan toe-side (teknik yang akhirnya berhasil saya lakukan).

Untuk teknik meluncur, pertama-tama yang dipelajari adalah heelside yaitu berdiri dan meluncur dengan menggunakan tumit (heel). Di sini kita memberikan tekanan pada snowboard dengan menggunakan tumit. Untuk lebih mudahnya, kita dapat melihat video berikut:

 
Sumber: SnowboardInstructor1, Youtube

Teknik berikutnya setelah heelside adalah toeside. Toeside merupakan kebalikan dari heelside. Dengan teknik ini kita menggunakan ujung jari kaki untuk memberikan tekanan pada snowboard. Teknik ini dilakukan dengan menghadap ke arah puncak gunung sehingga kita akan meluncur ke belakang. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat di video berikut: 

Sumber: SnowboardInstructor1, Youtube

Dalam dua video di atas, kedua teknik itu dilakukan dengan menggunakan satu teknik lagi yaitu falling leaf. Seperti namanya, falling leaf yang berarti daun yang jatuh, teknik menggunakan heelside atau toeside untuk meluncur zig-zag seolah-olah seperti daun yang jatuh perlahan. Nah, ini sangat berguna untuk melatih heelside dan toeside sebelum kita beralih menuju teknik berikutnya yaitu meluncur dengan mengganti dari heelside ke toeside dan sebaliknya sehingga terbentuk pahatan berbentuk elips di salju.

Nah, berikut ini video ketika saya bermain di Izumi Spring Valley, Miyagi-ken. Memang masih banyak salah-salahnya, tapi saya belajar mengaplikasikan teknik-teknik yang sudah saya tulis di atas.

 

Sayangnya karena sebentar lagi sudah musim semi, saya sudah tidak bisa bermain lagi. Oleh karena itu, besok saya akan menjajal gunung Zao di Yamagata sebagai kali terakhirnya saya bermain snowboard (semoga di masa depan dapat bermain lagi).
Nah, di sini saya juga mau berbagi sedikit gambar-gambar pemandangan yang terlihat di Ski Resort yang pernah saya datangi:
Izumi Spring Valley


Lift di Jangle Jungle Ski Resort

Jangle Jungle Ski Resort di Yamagata

Begitulah, semoga rekan-rekan yang tertarik pun suatu saat dapat mencoba olahraga yang satu ini.

 

Kamis, 31 Januari 2013

Menjadi Muslim di Jepang - Nomikai & Khamr

Assalammualaikum

Pertama-tama, mohon maaf karena sudah lama sekali blog ini tidak saya isi dengan tulisan. Kawan-kawan, kali ini saya ingin membahas mengenai satu hal yang lekat sekali dengan kehidupan di Jepang. Bahkan dahulu salah seorang dosen saya mengatakan kalau orang Jepang tidak dapat dipisahkan dengan hal ini. Bagi umat Islam, kita mengenalnya dengan sebutan khamr.

Menurut para ulama, khamr adalah segala sesuatu yang memabukkan baik sedikit maupun banyak. Hal ini sesuai dengan hadits:

Dari Ibni Umar RA. bahwa Rasulullah SAW bersabd, "Segala yang memabukkan itu adalah khamar dan semua jenis khamar itu haram" (HR. Muslim dan Ad-Daruquthuny).

Di dalam Al-Qur'an sendiri terdapat ayat-ayat yang mengharamkan khamr. Salah satunya:

"Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah,`Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya." (QS. Al-Baqarah : 219)

Dalam sejarah awal penyebaran Islam, para sahabat banyak yang dulunya merupakan peminum khamr dan sering mabuk. Akan tetapi, ketika Islam mengharamkan khamr maka mereka pun serta merta menuruti perintah tersebut.


Gelas Bir Bintang yang entah bagaimana ada juga di Jepang

Di Jepang, khamr dapat ditemui dalam bentuk-bentuk seperti sake (ini khas Jepang), bir, whisky, wine, dan sebagainya. Bahkan untuk membuat makanan pun seringkali menggunakan sake atau mirin yang termasuk khamr yang menyebabkan makanan di Jepang banyak yang tidak halal. Khamr pun mudah sekali untuk dijumpai karena dijual di berbagai supermarket, convenience store, dan toko-toko lainnya. Memang, untuk dapat meminum minuman keras, harus sudah mencapai umur 20 tahun terlebih dahulu (usia yang bagi orang Jepang dianggap sudah dewasa) sehingga anak-anak dan pelajar tidak dibolehkan untuk membelinya.

Orang Jepang sangat menyukai khamr seperti sake dan seringkali mengadakan acara minum-minum yang disebut dengan nomikai (nomi dari kata nomu yang berarti minum dan kai yang berarti pertemuan sehingga bisa diartikan sebagai pertemuan untuk minum-minum). Nomikai sendiri memiliki fungsi yang salah satunya untuk menjalin kebersamaan dan juga menurut dosen dan pengakuan orang Jepang sendiri berguna sebagai ajang untuk mengemukakan pendapat (yang lebih mudah disampaikan dalam keadaan mabuk). Hal ini dapat dilihat dari para pegawai perusahaan yang dalam acara semacam itu dapat mengemukakan pendapatnya kepada rekan kerja atau atasannya.

Di kalangan akademisi sendiri acara semacam ini diadakan oleh suatu lab dan tim di dalam lab tersebut terutama di akhir tahun yang kemudian disebut sebagai Bounenkai (pesta akhir tahun). Anggota lab biasanya diharapkan sekali untuk hadir dalam pesta tersebut sehingga umumnya sulit untuk menolak. Bisa dibilang, teman-teman saya yang menempuh pendidikan di sini pernah mengikuti pesta akhir tahun semacam itu meski yang muslim tidak ikut minum khamr dan memilih minuman bersoda atau jus dan sebagainya.

Saya sendiri sejauh ini belum pernah ikut nomikai ataupun bounenkai (yang rasanya akan disayangkan beberapa pihak karena dianggap tidak merasakan budaya Jepang). Alasannya, karena saya tidak termasuk dalam lab apapun di kampus dan juga karena biaya untuk ikut nomikai (jika tidak ditraktir) termasuk mahal untuk ukuran saya (sekitar 1500 yen).

Sejatinya bolehkan seorang muslim menghadiri kegiatan semacam itu?

Pada awal bulan Januari kemarin, saya sempat menghadiri daurah di Tokyo dan ada salah seorang peserta yang menanyakan masalah tersebut. Ustadz yang hadir pun menjawab bahwa seyogyanya seorang muslim menjauhi perkara yang dekat dengan kemaksiatan. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa seorang muslim sebenarnya dilarang untuk mengikuti hal tersebut.

Beberapa waktu yang lalu, seorang teman saya (muslimah) sempat tertarik untuk berfoto bersama bir. Melihat hal tersebut, saya pun teringat bahwa ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kita seharusnya menjauhi khamr (bahkan seingat saya ada yang menganggap bahwa memegangnya pun tidak dibolehkan). Seketika saya merasa bersalah tidak menghentikannya meskipun setelah itu saya menyampaikan kekhawatiran saya.

Begitulah, satu lagi dinamika kehidupan di Jepang yang dapat saya ceritakan dalam kesempatan kali ini. Semoga dapat diambil hikmahnya.

Rabu, 28 November 2012

Melihat sejenak (1 bulan kemarin)

Baiklah, sudah beberapa lama saya tidak menulis di blog ini. Kalau dipikir-pikir sudah banyak hal yang terjadi seperti: Festival Universitas Tohoku (Tohoku Daigakusai), Rifu-Tagajo Trip, Ayashi Trip, Matsushima trip dan lain sebagainya yang akan segera saya tuliskan.

Sementara itu, teman-teman bisa melihat sejenak beberapa foto dari pengalaman saya selama beberapa waktu ini:


Kamis, 08 November 2012

Menuju Jepang - Kilas Balik Lika Liku Perjalanan

Dapat kesempatan untuk exchange atau kuliah di luar negeri?

Rasanya itu adalah impian dari banyak orang di Indonesia bahkan seluruh dunia. Saya sendiri pun awalnya tidak percaya bisa mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan di luar negeri selama 1 tahun ke depan. Sejujurnya, jika ada yang menanyakan kesuksesan terbesar sejauh ini apa, maka saya akan menjawab mendapatkan kesempatan exchange ke Jepang. Bukannya sombong, tapi bagi saya pribadi bisa exchange ke Jepang merupakan sebuah pembuktian melawan cibiran-cibiran yang pernah saya terima dan rasakan.

Untuk lebih jelasnya, saya akan berkisah mengenai perjuangan saya dalam mencoba mendaftarkan diri untuk kuliah di Jepang.

Kisahnya bermula dari sebelum saya kuliah S-1 di program studi Jepang Universitas Indonesia. Saat itu saya sedang menempuh akhir-akhir masa SMA dan disibukkan dengan persiapan ujian nasional serta beragam pilihan ujian masuk perguruan tinggi. Kemudian, guru BK saya mengabarkan bahwa ada kesempatan untuk kuliah di Jepang yaitu di Asia Pacific University (APU), Beppu. Syaratnya adalah memiliki skor academic IELTS (tes kemampuan bahasa Inggris seperti TOEFL) minimal 5,5 (kalau tidak salah sekitar itu). Saya pun dengan berbekal buku latihan IELTS (yang hanya ada 1 saja jenisnya karena seluruh toko buku umumnya hanya menjual buku-buku latihan TOEFL) mencoba belajar setiap hari dengan waktu yang cukup mepet sebelum tes, yakni hanya 1 bulan saja. Alhamdulillah, setelah hasilnya keluar saya berhasil mendapatkan skor 7 dan aplikasi saya di APU diterima dengan potongan biaya masuk sebesar 80%. Sayangnya, ternyata ibu tidak sanggup membiayai uang kuliah dan biaya hidup saya di Jepang (yang memang sangat mahal) sehingga saya pun mengundurkan diri.

Setelah lulus SMA, saya masuk ke Universitas Indonesia dengan program studi Jepang (banyak yang mengenalnya sebagai sastra Jepang meskipun kurang tepat disebut demikian karena belajarnya tidak hanya sastra). Kalau saya pikir kembali mungkin salah satu alasan saya masuk ke program studi Jepang di UI adalah karena keinginan saya untuk belajar di Jepang (padahal hanya karena saya suka pop culture berupa anime dan manga-nya saja) yang gagal terlaksana sehingga seburuk-buruknya saya belajar tentang Jepangnya saja. Sejujurnya, menempuh studi di UI sangat menarik karena ada banyak sekali kegiatan baik yang akademik maupun non-akademik, namun terkadang saya berpikir bahwa saya salah masuk jurusan. Jurusan saya juga membuka kesempatan bagi mahasiswanya yang memiliki nilai bagus (atau secara spesifiknya memiliki nilai A untuk mata kuliah bahasa Jepang selama sekitar 4 semester) untuk exchange ke Jepang. Sayangnya saya bukan termasuk mahasiswa yang nilainya bagus. Bahasa Jepang saya nilainya tidak sampai A, bahkan saya tidak lulus di mata kuliah bahasa Jepang 6 (mata kuliah bahasa Jepang di semester 6).

Saya sendiri cukup tertatih-tatih belajar bahasa Jepang apalagi sindiran-sindiran yang muncul karena nilai bahasa Jepang yang buruk seringkali membuat saya merasa muak belajar bahasa Jepang (puncaknya di semester 6). Bahkan, saya pernah sengaja tidak masuk kuliah karena malas menerima cibiran terkait nilai. Meskipun begitu, di awal semester 5 saya mendapat info bahwa ada kesempatan belajar di Universitas Keio (salah satu univesitas swasta tertua di Jepang) bukan dengan JLPT (Japan Language Proficiency Test atau biasa disebut Nihongo Nouryoku Shiken), tapi dengan TOEFL-ITP. Pendaftaran yang memakai nilai TOEFL menjadi pertimbangan saya karena saya hanya memiliki JLPT level 4 (kemampuan bahasa Jepang dasar) sementara biasanya diminta JLPT level 2 (intermediate-advance). Melihat bahwa ini dapat menjadi kesempatan saya untuk belajar di Jepang meskipun nilai di jurusan pas-pasan saya pun mencoba mendaftar. Saya pun mengejar jadwal ujian TOEFL (yang ketika itu, jadwal ujian tercepat adalah di UI Salemba bukan yang di Depok tempat saya kuliah) karena berdekatan dengan deadline untuk aplikasi bahkan bolos kelas untuk mengikuti ujiannya. Setelah hasilnya keluar (2 hari setelah deadline), saya pun segera memberikannya ke International Office UI yang mengurus segala urusan terkait exchange.

Menunggu hasil dari seleksi sangatlah lama. Saya baru mengetahui hasilnya menjelang akhir semester 5 (sekitar 5 bulan dari waktu saya mengajukan aplikasi) dan ternyata saya tidak lolos (yang lolos temen sejurusan). Saya agak terpukul dan semangat untuk mau exchange pun memudar bahkan berpikir bahwa sepertinya exchange hanya angan-angan yang tidak akan bisa saya gapai. Akan tetapi, pada waktu ujian akhir semester 5, salah seorang dosen mengumumkan bahwa ada kesempatan kuliah di Universitas Tohoku, Jepang dengan memakai skor TOEFL. Karena sudah memiliki skor TOEFL, saya mencoba mendaftar meskipun sebenarnya tidak terlalu yakin akan diterima. Proses pendaftarannya sendiri lebih panjang dari sebelum-sebelumnya karena saya harus mengirimkan surat kesehatan dari dokter, menjalani tes esai di kantor International Office hingga ternyata saya masuk dalam short-list aplikasi yang dikirim ke Tohoku University dari UI.

Masuk dalam short-list belum berarti diterima dan kalaupun diterima belum ada jaminan saya mendapat beasiswa untuk hidup (aplikasi beasiswa JASSO dan universitas dilakukan bersamaan, tapi terpisah). Saya pun harus menunggu lagi dalam jangka waktu yang cukup lama (1 semester) sampai hasilnya diumumkan. Sementara menunggu saya pun mencoba mengikuti berbagai kegiatan di sela-sela kesibukan kuliah semester 6. Di antaranya saya mencoba mengikuti ajang Mahasiswa Berprestasi (Mapres) tingkat fakultas serta lomba debat bahasa Inggris di Olimpiade Ilmiah Mahasiswa tingkat fakultas. Sayang untuk keduanya saya kalah telak di ronde pertama dan hanya bisa iri (ya saya akui) melihat teman-teman saya berprestasi di berbagai hal.

Sementara menanti hasil, bagaimana dengan kuliah di semester 6? Bagi saya, semester 6 merupakan semester yang cukup menantang terutama di mata kuliah bahasa Jepang. Sejak awal saya sudah menyadari bahwa saya tertinggal jauh dibandingkan teman-teman dalam kemampuan berbahasa. Nilai saya pun selalu berada di posisi-posisi terendah dibandingkan yang lain. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, muncul sindiran maupun cibiran sehingga semangat saya untuk belajar bahasa Jepang surut bahkan sampai pada taraf muak. Melihat hal ini saya pun memperhitungkan bahwa kemungkinan saya lulus mata kuliah bahasa Jepang sangatlah kecil sehingga saya membuat satu pertaruhan terbesar dalam hidup saya.

"Kalau saya tidak lulus mata kuliah bahasa Jepang maka saya akan buktikan bahwa tanpa lulus mata kuliah itu pun saya bisa exchange!"

Ya, itu satu pertaruhan yang besar karena tidak ada jaminan bahwa saya akan dipilih untuk menjadi mahasiswa exchange meskipun sudah mengirimkan aplikasi. Saya sadar bahwa dengan demikian saya juga harus siap menghadapi skenario terburuk yaitu tidak lulus mata kuliah bahasa Jepang dan tidak diterima untuk exchange (kalau mau jujur lucunya saya sengaja tidak membeli furnitur untuk menghiasi kontrakan karena mengantisipasi kemungkinan kalau saya dapat exchange)

Alhamdulillah, Allah SWT memang menyiapkan skenario yang luar biasa untuk hidup manusia. Akhir semester 6 ketika nilai bahasa Jepang saya keluar, saya dinyatakan tidak lulus dengan nilai C-, namun datanglah e-mail dari universitas Tohoku yang menyatakan bahwa saya diterima sebagai mahasiswa exchange program IPLA (International Program for Liberal Arts).

Saya berhasil membuktiktikannya!

Sungguh sulit mempercayainya. Bahkan sampai saya sampai di Jepang saya masih tidak percaya bahwa saya berhasil diterima di program exchange. Allahuakbar!

Memang di satu sisi ada harga yang harus saya bayar yaitu masa studi saya menjadi lebih panjang karena saya harus mengulang mata kuliah bahasa Jepang ketika saya pulang nantinya. Menurut perhitungan pun, kemungkinan tercepat saya untuk lulus adalah 5,5 tahun. Tidak mengapa, saya harus memanfaatkan waktu kelulusan yang tertunda untuk berkontribusi lebih baik sebagai mahasiswa.

bersama para exchange students program IPLA & JYPE dari Indonesia
tahun ajaran 2012-2013

Untuk teman-teman yang sedang berjuang apapun impian kalian. Jangan menyerah. Saya menuturkan kisah ini untuk berbagi dengan teman-teman bahwa jalan untuk menggapai impian memang tidak mudah dan penuh hambatan, tapi selama kita tidak menyerah dalam menempuhnya maka Allah SWT akan menunjukkan jalan yang terbaik bagi kita semua. Semoga teman-teman pun bisa menggapai impiannya masing-masing.

Rabu, 07 November 2012

Menjadi Muslim di Jepang - Makanan Halal

Assalammualaikum

Konnichiwa teman-teman semua :)

Apakah kalian menyukai makanan Jepang? Apa saja makanan Jepang yang kalian tahu?




Sebagian besar dari kita rasanya mengetahui ramen, sushi, tempura, miso, dan lain sebagainya sebagai makanan khas Jepang. Nah, dalam tulisan kali ini saya ingin membahas mengenai urusan makanan halal di Jepang. Kenapa? Karena urusan makanan ini benar-benar sangat penting dan menyangkut hidup kita terutama sebagai seorang muslim yang memiliki aturan terkait makanan apa saja yang boleh dimakan.

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin mengajarkan kepada umatnya agar memakan makanan yang baik yakni berupa makanan halal. Hal ini seperti yang disampaikan dalam Al-Qur'an surat Al-An'am ayat 118-119:

"Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu berima kepada ayat-ayat-Nya (118). Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengna hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas"

Ada juga ayat-ayat lain yang menambahkan penjelasan mengenai masalah halal dan haram. Secara singkat, apa saja sebenarnya yang termasuk dalam kategori makanan yang haram? Berdasarkan kajian KMIS (Keluarga Muslim Indonesia Sendai) yang saya ikuti, berikut adalah makanan yang haram untuk dikonsumsi oleh kaum muslimin:
  1. Bangkai (kecuali ikan) dan Darah
  2. Babi
  3. Daging hewan yang disembelih tanpa menyebut nama Allah SWT
  4. Binatang buas yang bertaring dan burung yang berburu tajam
  5. Khimar dan bighal
  6. Al Jallaha (hewan yang memakan kotoran)
  7. Dhab (biawak)
  8. Hewan yang diperintahkan untuk dibunuh (ular, tikus, anjing hitam)
  9. Hewan yang dilarang untuk dibunuh
  10. Katak
  11. Minuman yang memabukkan (Khamr)
Nah, bagaimana dengan makanan di Jepang?

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya tidak beragama Islam maka banyak sekali makanan di Jepang yang memakai bahan-bahan haram. Biasanya, seorang pendatang, terutama yang tidak mengerti bahasa Jepang, tanpa sengaja akan memakan makanan yang sebenarnya haram di sini. Saya sendiri juga pernah tanpa sengaja memakan produk yang ternyata mengandung bahan yang terhitung haram. Mungkin sebagian ada yang berpikir untuk memakan makanan yang biasanya halal di Indonesia seperti roti, tapi sayang sekali banyak roti yang dalam pembuatannya memakai minuman keras (biasanya ditulis 洋酒 (youshu) yang berarti arak western). Bagaimana kalau roti tawar? Untuk roti tawar secara sepintas memang kelihatannya aman, tapi ada biasanya mengandung 乳化剤 (nyuukazai) yaitu emulsifier dan ini merupakan bahan yang subhat (meragukan) karena bisa halal atau haram tergantung apakah dia berasal dari hewan (jatuhnya haram) atau tumbuhan (halal).

Makanan asli Jepang seperti sushi, ramen, dan sebagainya bagaimana? Nah, ini dia teman-teman. Bagi para pecinta makanan Jepang terutama yang muslim mungkin akan cukup kecewa karena sesungguhnya banyak yang haram. Untuk sushi, ada sebagian restoran yang ketika membuatnya memakai mirin (sake untuk bumbu masakan) sehingga menjadikannya haram (kalau tidak suka sushi itu beda urusan ya). Untuk ramen, sayangnya dapat dikatakan hampir semua kedai ramen pasti memakai mirin untuk memasak ramen sehingga jatuhnya haram. Untuk bumbu-bumbu sendiri seperti shoyu dan miso kita juga harus berhati-hati karena banyak yang dicampur dengan alkohol. Alhamdulillah di Jepang setiap produk makanan yang dijual di supermarket, convenience store (seven eleven, lawson, familymart, dsb) pasti mencantumkan bahan-bahan yang dipakai untuk membuatnya sehingga kita memiliki informasi yang jelas sebelum membelinya.

Nah, bahan-bahan apa sajakah yang termasuk kategori haram untuk kita makan? Berikut adalah listnya (disarikan dari blog kammi-jepang.org dan aplikasi ハラール untuk iPhone):
  1. 動物ショーテニングyakni shortening hewan, terdapat pada roti, coklat, biscuit, eskrim,dll
  2. ビーフエキス ekstrak sapi, terdapat pada keripik kentang dan snack
  3. 鳥イキス/ チキンエキス yakni ekstrak ayam, terdapat pada biscuit dan snack
  4. 豚とんこつラードポーク yakni Babi, terdapat pada ramen, kare, mie, soba,dan beberapa snack
  5. 肉エキス yakni ekstrak daging, terdapat pada mie
  6. ビーフコンソメyakni kaldu sapi, terdapat pada keripik kentang
  7. コンソメパウダー yakni serbuk kaldu, terdapat pada keripik kentang
  8. コンソメyakni kaldu/consomme, terdapat pada berbagai snack
  9. 洋酒 yakni Arak (arak western), terdapat pada coklat, kue, jelly
  10. 酒 yakni Sake, terdapat pada coklat
  11. アルコール yakni Alcohol, terdapat padashoyuu, cuka, minuman
  12. ブランヂ yakni Brandy, terdapat biskuit, kue
  13. ラム yakni Rum, terdapat pada kue, coklat
  14. みりん yakni sake merah (sake untuk bumbu masakan), terdapat pada nabe, yakisoba, chikuwa
  15. ワインyakni wine, terdapat pada coklat, kue
  16. ゼラチン(ゲリ) yakni Gelatin, terdapat pada coklat, agar-agar, jelly
Sedangkan berikut ini adalah bahan-bahan yang termasuk syubhat (di blog kammi-jepang.org termasuk bahan-bahan yang haram) karena bisa berasal dari hewan (haram) dan tumbuhan (halal).
  1. マーガリン yakni Margarin, terdapat pada kue, pie, roti
  2. 油脂 yakni Lemak, terdapat pada roti, coklat, es krim, kue
  3. 乳化剤 yakni pengemulsi/emulisifier, terdapat pada roti, snack, susu olahan, keju. Jika ada keterangan (大豆由来)berarti terbuat dari kacang kedelai sehingga halal untuk dimakan.
  4. バター yakni mentega, terdapat pada roti, kue
  5. ショーテニングyakni Shortening, terdapat pada roti, coklat, biscuit, eskrim, dll. Jika ada keterangan (大豆由来)berarti terbuat dari kacang kedelai sehingga halal untuk dimakan.
  6. 酵母 atau イースト yakni ragi, terdapat pada roti
  7. ベーキングパウダー atau ふくらし粉 yakni baking powder atau baking soda, terdapat pada roti
Untuk mengetahui secara jelas unsur-unsur yang syubhat tersebut terbuat dari tumbuhan atau hewan, cara terbaik adalah menanyakan kepada customer service dari produsen makanannya. Begitu juga dengan restoran dan tempat lainnya yang menjajakan makanan. Jalan terbaik untuk mengetahui dari bahan apa sajakah makanan tersebut dibuat adalah dengan bertanya langsung.

Sebenarnya di Jepang juga ada toko dan restoran yang menjual makanan halal. Contohnya di dekat asrama saya di Aoba-ku, Sendai ada toko bernama Majumder yang dimiliki oleh orang Bangladesh. Secara online pun kita dapat memesan makanan yang Insya Allah halal seperti lewat http://www.toko-indonesia.org (secara umum menawarkan bahan makanan dari Indonesia).Untuk restoran halal umumnya restoran India, Bangladesh, dan sebagainya menyediakan menu makanan halal, namun ayangnya harga yang ditawarkan pun tidak murah dan lebih mahal dari restoran yang lainnya.

Majumder

Ada juga beberapa blog yang melakukan ulasan terhadap produk-produk makanan secara spesifik (contoh: coklat merk meiji apakah halal atau tidak) seperti http://junjungbuih.multiply.com/ atau di facebook bisa mengecek halaman milik Serijaya Indonesia. Bagi yang memiliki iPhone pun bisa mencari aplikasi ハラール di App Store yang isinya mengenai produk mana saja yang halal dan haram.

Menyikapi makanan Halal dan Haram

Terkait dengan urusan halal dan haram ini, saya juga melihat bahwa setiap orang memiliki sikapnya masing-masing di Jepang. Secara umum ada beberapa sikap yang diambil oleh teman-teman muslim Indonesia (karena saya kurang mengetahui muslim dari negara lainnya bagaimana) di sini:

  • Yang penting bukan babi
    • Bagi mereka yang mengambil sikap ini maka asalkan bukan babi yang lainnya tidak masalah untuk dimakan. Umumnya sikap ini diambil karena terasa sulit untuk mencari makanan yang benar-benar halal.
  • Basmillah mengalahkan segalanya
    • Sebagaimana judulnya, tidak masalah apapun itu ucapan bismillahirrahmanirrahim (dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) mengalahkan segala keraguan apakah makanan ini haram atau halal. Untuk makanan yang jelas-jelas halal tetap dihindari oleh mereka yang mengambil sikap ini, namun makanan yang syubhat tidak masalah selama membaca basmallah.
  • Hanya yang jelas halal
    • Kelompok ini memilih untuk memakan yang sudah jelal kehalalannya. Jika kemudian ada unsur yang syubhat maka sebisa mungkin akan diselidiki sampai jelas halal-haramnya.


Tips dari saya sendiri jika ingin makanan yang dimakan itu jelas halal atau tidaknya adalah dengan memasak sendiri. Tentunya pemilihan bahan-bahan yang teliti juga dibutuhkan. Bagaimana jika rasa masakan kita sendiri tidak enak? Itu nasib kita sendiri. Prinsip saya, masakanku nasibku.

Akhir kata, pelajaran paling penting yang saya dapat dari memilah-milah makanan halal dan haram di Jepang adalah kita seyogyanya bersyukur ketika di Indonesia sangat mudah mencari makanan halal. Oleh karena itu, teman-teman di Indonesia bersyukurlah kepada Allah SWT atas kemudahan yang dirasakan.

Selasa, 06 November 2012

Menjadi Muslim di Jepang - Idul Adha di Sendai

Assalammualaikum

Konbanwa rekan-rekan sekalian.

Kali ini dalam tulisan "Menjadi Muslim di Jepang", saya ingin menceritakan tentang pengalaman Idul Adha yang berlangsung beberapa waktu yang lalu di Sendai.

Idul Adha merupakan salah satu hari raya besar dalam Islam yang memperingati kisah nabi Ibrahim dan anaknya nabi Ismail. Ketika itu, Allah SWT memerintahkan kepada nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya sebagai wujud ketaatannya. Perintah itu sangat berat mengingat nabi Ismail merupakan putra yang sangat disayangnya. Nabi Ismail sendiri berbesar hati untuk merelakan dirinya disembelih demi perintah Allah SWT, namun ketika nabi Ibrahim akan menyembelihnya, Allah SWT mengganti nabi Ismail dengan seekor domba. Peristiwa ini diabadikan dalam al-Qur'an surat as-Shaffat ayat 102-109.

Untuk memperingati keteladanan nabi Ibrahim dan nabi Ismail, umat Islam selain dianjurkan untuk melaksanakan salat sunnah Id juga diwajibkan menyembelih hewan Qurban seperti kambing atau sapi. Hari raya Idul Adha sendiri bertepatan dengan pelaksanaan haji di Mekkah sehingga bagi umat Islam, Idul Adha menjadi hari yang sangat istimewa (selain dari hari raya Idul Fitri). Di Jepang, keberadaan Islam yang minoritas menjadikan hari raya ini dirayakan dengan lebih sederhana dibandingkan di Indonesia yang dijadikan hari libur nasional. Hari raya yang pada tahun ini jatuh di hari Jum'at menyebabkan ada sebagian pelajar muslim yang memilih untuk berkuliah dibandingkan salat Id karena waktunya yang bersamaan. Selain itu, prosesi penyembelihan hewan juga tidak dilaksanakan di sini karena (menurut informasi dari teman saya) qurban melanggar hukum terkait perlindungan hewan di Jepang. Sebenarnya masjid sendiri menawarkan paket Qurban dengan kambing yang paling murah seharga 12.000 yen, namun saya kurang mengetahui apakah hewan-hewan tersebut kemudian disembelih di wilayah lain atau bagaimana. Saya sendiri sempat bingung bagaimana akan berqurban, namun tertolong oleh keluarga di Indonesia yang ternyata sudah mengurus qurban untuk saya.

Di Sendai, masjid Sendai melaksanakan salat Id yang dilakukan pada pukul 9 pagi dengan takbiran dimulai pukul setengah 9 pagi. Hal ini sangat berbeda dengan di Indonesia dimana takbiran sudah dimulai sejak semalam sebelumnya. Untuk grup muslim Indonesia di Sendai, kami mendapat undangan untuk membantu merapihkan masjid semalam sebelum salat. Paginya sebagian dari kami ada yang naik bus dan bagi yang memiliki mobil bertugas menjemput rekan-rekan yang lainnya. Setelah takbiran selama 30 menit, salat dilaksanakan dengan khusyuk. Setelah salat, sang imam menyampaikan khotbah yang dikutipnya dari khotbah Rasulullah SAW ketika melaksanakan haji wada'. Hal ini dikarenakan sang imam menginginkan para jamaah untuk mendengarkan pesan langsung Rasulullah kepada umat Islam. Pasca khotbah, para jamaah saling bercengkerama (foto di bawah).


Untuk menghadiri prosesi salat Id sendiri sebenarnya cukup menantang bagi saya karena waktunya bertepatan dengan jam kuliah. Awalnya saya cukup bimbang apakah akan ikut tapi bolos kuliah atau sebaliknya. Kebimbangan ini bertambah setelah salah seorang teman yang awalnya akan bolos memilih untuk tidak salat dan ikut kuliah. Alhamdulillah, dalam kebimbangan, saya mendapatkan nasehat bahwa kita tidak seharusnya hidup untuk mengejar urusan dunia saja namun urusan kita kepada Allah SWT harus diutamakan. Berbekal nasehat itu, saya pun nekat meminta izin kepada dosen via e-mail dan alhamdulillah diizinkan. Saya pun dapat menghadiri salat Id meskipun setelah itu harus segera menggowes sepeda menuju kampus untuk mengejar kuliah.

Oh ya, Keluarga Muslim Indonesia Sendai (KMIS) juga memiliki acara sendiri dalam merayakan Idul Adha yaitu dengan menggelar acara silaturahmi sambil makan-makan di salah satu asrama untuk mahasiswa asing. Acara digelar pada pukul 5 sore hingga selesai dengan sajian berbagai makanan Indonesia yang cukup melepas kerinduan.


Begitulah pengalaman Idul Adha di Sendai. Meskipun sederhana, namun memiliki kesan tersendiri.