Baiklah, sudah beberapa lama saya tidak menulis di blog ini. Kalau dipikir-pikir sudah banyak hal yang terjadi seperti: Festival Universitas Tohoku (Tohoku Daigakusai), Rifu-Tagajo Trip, Ayashi Trip, Matsushima trip dan lain sebagainya yang akan segera saya tuliskan.
Sementara itu, teman-teman bisa melihat sejenak beberapa foto dari pengalaman saya selama beberapa waktu ini:
Rabu, 28 November 2012
Kamis, 08 November 2012
Menuju Jepang - Kilas Balik Lika Liku Perjalanan
Dapat kesempatan untuk exchange atau kuliah di luar negeri?
Rasanya itu adalah impian dari banyak orang di Indonesia bahkan seluruh dunia. Saya sendiri pun awalnya tidak percaya bisa mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan di luar negeri selama 1 tahun ke depan. Sejujurnya, jika ada yang menanyakan kesuksesan terbesar sejauh ini apa, maka saya akan menjawab mendapatkan kesempatan exchange ke Jepang. Bukannya sombong, tapi bagi saya pribadi bisa exchange ke Jepang merupakan sebuah pembuktian melawan cibiran-cibiran yang pernah saya terima dan rasakan.
Untuk lebih jelasnya, saya akan berkisah mengenai perjuangan saya dalam mencoba mendaftarkan diri untuk kuliah di Jepang.
Kisahnya bermula dari sebelum saya kuliah S-1 di program studi Jepang Universitas Indonesia. Saat itu saya sedang menempuh akhir-akhir masa SMA dan disibukkan dengan persiapan ujian nasional serta beragam pilihan ujian masuk perguruan tinggi. Kemudian, guru BK saya mengabarkan bahwa ada kesempatan untuk kuliah di Jepang yaitu di Asia Pacific University (APU), Beppu. Syaratnya adalah memiliki skor academic IELTS (tes kemampuan bahasa Inggris seperti TOEFL) minimal 5,5 (kalau tidak salah sekitar itu). Saya pun dengan berbekal buku latihan IELTS (yang hanya ada 1 saja jenisnya karena seluruh toko buku umumnya hanya menjual buku-buku latihan TOEFL) mencoba belajar setiap hari dengan waktu yang cukup mepet sebelum tes, yakni hanya 1 bulan saja. Alhamdulillah, setelah hasilnya keluar saya berhasil mendapatkan skor 7 dan aplikasi saya di APU diterima dengan potongan biaya masuk sebesar 80%. Sayangnya, ternyata ibu tidak sanggup membiayai uang kuliah dan biaya hidup saya di Jepang (yang memang sangat mahal) sehingga saya pun mengundurkan diri.
Setelah lulus SMA, saya masuk ke Universitas Indonesia dengan program studi Jepang (banyak yang mengenalnya sebagai sastra Jepang meskipun kurang tepat disebut demikian karena belajarnya tidak hanya sastra). Kalau saya pikir kembali mungkin salah satu alasan saya masuk ke program studi Jepang di UI adalah karena keinginan saya untuk belajar di Jepang (padahal hanya karena saya suka pop culture berupa anime dan manga-nya saja) yang gagal terlaksana sehingga seburuk-buruknya saya belajar tentang Jepangnya saja. Sejujurnya, menempuh studi di UI sangat menarik karena ada banyak sekali kegiatan baik yang akademik maupun non-akademik, namun terkadang saya berpikir bahwa saya salah masuk jurusan. Jurusan saya juga membuka kesempatan bagi mahasiswanya yang memiliki nilai bagus (atau secara spesifiknya memiliki nilai A untuk mata kuliah bahasa Jepang selama sekitar 4 semester) untuk exchange ke Jepang. Sayangnya saya bukan termasuk mahasiswa yang nilainya bagus. Bahasa Jepang saya nilainya tidak sampai A, bahkan saya tidak lulus di mata kuliah bahasa Jepang 6 (mata kuliah bahasa Jepang di semester 6).
Saya sendiri cukup tertatih-tatih belajar bahasa Jepang apalagi sindiran-sindiran yang muncul karena nilai bahasa Jepang yang buruk seringkali membuat saya merasa muak belajar bahasa Jepang (puncaknya di semester 6). Bahkan, saya pernah sengaja tidak masuk kuliah karena malas menerima cibiran terkait nilai. Meskipun begitu, di awal semester 5 saya mendapat info bahwa ada kesempatan belajar di Universitas Keio (salah satu univesitas swasta tertua di Jepang) bukan dengan JLPT (Japan Language Proficiency Test atau biasa disebut Nihongo Nouryoku Shiken), tapi dengan TOEFL-ITP. Pendaftaran yang memakai nilai TOEFL menjadi pertimbangan saya karena saya hanya memiliki JLPT level 4 (kemampuan bahasa Jepang dasar) sementara biasanya diminta JLPT level 2 (intermediate-advance). Melihat bahwa ini dapat menjadi kesempatan saya untuk belajar di Jepang meskipun nilai di jurusan pas-pasan saya pun mencoba mendaftar. Saya pun mengejar jadwal ujian TOEFL (yang ketika itu, jadwal ujian tercepat adalah di UI Salemba bukan yang di Depok tempat saya kuliah) karena berdekatan dengan deadline untuk aplikasi bahkan bolos kelas untuk mengikuti ujiannya. Setelah hasilnya keluar (2 hari setelah deadline), saya pun segera memberikannya ke International Office UI yang mengurus segala urusan terkait exchange.
Menunggu hasil dari seleksi sangatlah lama. Saya baru mengetahui hasilnya menjelang akhir semester 5 (sekitar 5 bulan dari waktu saya mengajukan aplikasi) dan ternyata saya tidak lolos (yang lolos temen sejurusan). Saya agak terpukul dan semangat untuk mau exchange pun memudar bahkan berpikir bahwa sepertinya exchange hanya angan-angan yang tidak akan bisa saya gapai. Akan tetapi, pada waktu ujian akhir semester 5, salah seorang dosen mengumumkan bahwa ada kesempatan kuliah di Universitas Tohoku, Jepang dengan memakai skor TOEFL. Karena sudah memiliki skor TOEFL, saya mencoba mendaftar meskipun sebenarnya tidak terlalu yakin akan diterima. Proses pendaftarannya sendiri lebih panjang dari sebelum-sebelumnya karena saya harus mengirimkan surat kesehatan dari dokter, menjalani tes esai di kantor International Office hingga ternyata saya masuk dalam short-list aplikasi yang dikirim ke Tohoku University dari UI.
Masuk dalam short-list belum berarti diterima dan kalaupun diterima belum ada jaminan saya mendapat beasiswa untuk hidup (aplikasi beasiswa JASSO dan universitas dilakukan bersamaan, tapi terpisah). Saya pun harus menunggu lagi dalam jangka waktu yang cukup lama (1 semester) sampai hasilnya diumumkan. Sementara menunggu saya pun mencoba mengikuti berbagai kegiatan di sela-sela kesibukan kuliah semester 6. Di antaranya saya mencoba mengikuti ajang Mahasiswa Berprestasi (Mapres) tingkat fakultas serta lomba debat bahasa Inggris di Olimpiade Ilmiah Mahasiswa tingkat fakultas. Sayang untuk keduanya saya kalah telak di ronde pertama dan hanya bisa iri (ya saya akui) melihat teman-teman saya berprestasi di berbagai hal.
Sementara menanti hasil, bagaimana dengan kuliah di semester 6? Bagi saya, semester 6 merupakan semester yang cukup menantang terutama di mata kuliah bahasa Jepang. Sejak awal saya sudah menyadari bahwa saya tertinggal jauh dibandingkan teman-teman dalam kemampuan berbahasa. Nilai saya pun selalu berada di posisi-posisi terendah dibandingkan yang lain. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, muncul sindiran maupun cibiran sehingga semangat saya untuk belajar bahasa Jepang surut bahkan sampai pada taraf muak. Melihat hal ini saya pun memperhitungkan bahwa kemungkinan saya lulus mata kuliah bahasa Jepang sangatlah kecil sehingga saya membuat satu pertaruhan terbesar dalam hidup saya.
"Kalau saya tidak lulus mata kuliah bahasa Jepang maka saya akan buktikan bahwa tanpa lulus mata kuliah itu pun saya bisa exchange!"
Ya, itu satu pertaruhan yang besar karena tidak ada jaminan bahwa saya akan dipilih untuk menjadi mahasiswa exchange meskipun sudah mengirimkan aplikasi. Saya sadar bahwa dengan demikian saya juga harus siap menghadapi skenario terburuk yaitu tidak lulus mata kuliah bahasa Jepang dan tidak diterima untuk exchange (kalau mau jujur lucunya saya sengaja tidak membeli furnitur untuk menghiasi kontrakan karena mengantisipasi kemungkinan kalau saya dapat exchange)
Alhamdulillah, Allah SWT memang menyiapkan skenario yang luar biasa untuk hidup manusia. Akhir semester 6 ketika nilai bahasa Jepang saya keluar, saya dinyatakan tidak lulus dengan nilai C-, namun datanglah e-mail dari universitas Tohoku yang menyatakan bahwa saya diterima sebagai mahasiswa exchange program IPLA (International Program for Liberal Arts).
Saya berhasil membuktiktikannya!
Sungguh sulit mempercayainya. Bahkan sampai saya sampai di Jepang saya masih tidak percaya bahwa saya berhasil diterima di program exchange. Allahuakbar!
Memang di satu sisi ada harga yang harus saya bayar yaitu masa studi saya menjadi lebih panjang karena saya harus mengulang mata kuliah bahasa Jepang ketika saya pulang nantinya. Menurut perhitungan pun, kemungkinan tercepat saya untuk lulus adalah 5,5 tahun. Tidak mengapa, saya harus memanfaatkan waktu kelulusan yang tertunda untuk berkontribusi lebih baik sebagai mahasiswa.
Rasanya itu adalah impian dari banyak orang di Indonesia bahkan seluruh dunia. Saya sendiri pun awalnya tidak percaya bisa mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan di luar negeri selama 1 tahun ke depan. Sejujurnya, jika ada yang menanyakan kesuksesan terbesar sejauh ini apa, maka saya akan menjawab mendapatkan kesempatan exchange ke Jepang. Bukannya sombong, tapi bagi saya pribadi bisa exchange ke Jepang merupakan sebuah pembuktian melawan cibiran-cibiran yang pernah saya terima dan rasakan.
Untuk lebih jelasnya, saya akan berkisah mengenai perjuangan saya dalam mencoba mendaftarkan diri untuk kuliah di Jepang.
Kisahnya bermula dari sebelum saya kuliah S-1 di program studi Jepang Universitas Indonesia. Saat itu saya sedang menempuh akhir-akhir masa SMA dan disibukkan dengan persiapan ujian nasional serta beragam pilihan ujian masuk perguruan tinggi. Kemudian, guru BK saya mengabarkan bahwa ada kesempatan untuk kuliah di Jepang yaitu di Asia Pacific University (APU), Beppu. Syaratnya adalah memiliki skor academic IELTS (tes kemampuan bahasa Inggris seperti TOEFL) minimal 5,5 (kalau tidak salah sekitar itu). Saya pun dengan berbekal buku latihan IELTS (yang hanya ada 1 saja jenisnya karena seluruh toko buku umumnya hanya menjual buku-buku latihan TOEFL) mencoba belajar setiap hari dengan waktu yang cukup mepet sebelum tes, yakni hanya 1 bulan saja. Alhamdulillah, setelah hasilnya keluar saya berhasil mendapatkan skor 7 dan aplikasi saya di APU diterima dengan potongan biaya masuk sebesar 80%. Sayangnya, ternyata ibu tidak sanggup membiayai uang kuliah dan biaya hidup saya di Jepang (yang memang sangat mahal) sehingga saya pun mengundurkan diri.
Setelah lulus SMA, saya masuk ke Universitas Indonesia dengan program studi Jepang (banyak yang mengenalnya sebagai sastra Jepang meskipun kurang tepat disebut demikian karena belajarnya tidak hanya sastra). Kalau saya pikir kembali mungkin salah satu alasan saya masuk ke program studi Jepang di UI adalah karena keinginan saya untuk belajar di Jepang (padahal hanya karena saya suka pop culture berupa anime dan manga-nya saja) yang gagal terlaksana sehingga seburuk-buruknya saya belajar tentang Jepangnya saja. Sejujurnya, menempuh studi di UI sangat menarik karena ada banyak sekali kegiatan baik yang akademik maupun non-akademik, namun terkadang saya berpikir bahwa saya salah masuk jurusan. Jurusan saya juga membuka kesempatan bagi mahasiswanya yang memiliki nilai bagus (atau secara spesifiknya memiliki nilai A untuk mata kuliah bahasa Jepang selama sekitar 4 semester) untuk exchange ke Jepang. Sayangnya saya bukan termasuk mahasiswa yang nilainya bagus. Bahasa Jepang saya nilainya tidak sampai A, bahkan saya tidak lulus di mata kuliah bahasa Jepang 6 (mata kuliah bahasa Jepang di semester 6).
Saya sendiri cukup tertatih-tatih belajar bahasa Jepang apalagi sindiran-sindiran yang muncul karena nilai bahasa Jepang yang buruk seringkali membuat saya merasa muak belajar bahasa Jepang (puncaknya di semester 6). Bahkan, saya pernah sengaja tidak masuk kuliah karena malas menerima cibiran terkait nilai. Meskipun begitu, di awal semester 5 saya mendapat info bahwa ada kesempatan belajar di Universitas Keio (salah satu univesitas swasta tertua di Jepang) bukan dengan JLPT (Japan Language Proficiency Test atau biasa disebut Nihongo Nouryoku Shiken), tapi dengan TOEFL-ITP. Pendaftaran yang memakai nilai TOEFL menjadi pertimbangan saya karena saya hanya memiliki JLPT level 4 (kemampuan bahasa Jepang dasar) sementara biasanya diminta JLPT level 2 (intermediate-advance). Melihat bahwa ini dapat menjadi kesempatan saya untuk belajar di Jepang meskipun nilai di jurusan pas-pasan saya pun mencoba mendaftar. Saya pun mengejar jadwal ujian TOEFL (yang ketika itu, jadwal ujian tercepat adalah di UI Salemba bukan yang di Depok tempat saya kuliah) karena berdekatan dengan deadline untuk aplikasi bahkan bolos kelas untuk mengikuti ujiannya. Setelah hasilnya keluar (2 hari setelah deadline), saya pun segera memberikannya ke International Office UI yang mengurus segala urusan terkait exchange.
Menunggu hasil dari seleksi sangatlah lama. Saya baru mengetahui hasilnya menjelang akhir semester 5 (sekitar 5 bulan dari waktu saya mengajukan aplikasi) dan ternyata saya tidak lolos (yang lolos temen sejurusan). Saya agak terpukul dan semangat untuk mau exchange pun memudar bahkan berpikir bahwa sepertinya exchange hanya angan-angan yang tidak akan bisa saya gapai. Akan tetapi, pada waktu ujian akhir semester 5, salah seorang dosen mengumumkan bahwa ada kesempatan kuliah di Universitas Tohoku, Jepang dengan memakai skor TOEFL. Karena sudah memiliki skor TOEFL, saya mencoba mendaftar meskipun sebenarnya tidak terlalu yakin akan diterima. Proses pendaftarannya sendiri lebih panjang dari sebelum-sebelumnya karena saya harus mengirimkan surat kesehatan dari dokter, menjalani tes esai di kantor International Office hingga ternyata saya masuk dalam short-list aplikasi yang dikirim ke Tohoku University dari UI.
Masuk dalam short-list belum berarti diterima dan kalaupun diterima belum ada jaminan saya mendapat beasiswa untuk hidup (aplikasi beasiswa JASSO dan universitas dilakukan bersamaan, tapi terpisah). Saya pun harus menunggu lagi dalam jangka waktu yang cukup lama (1 semester) sampai hasilnya diumumkan. Sementara menunggu saya pun mencoba mengikuti berbagai kegiatan di sela-sela kesibukan kuliah semester 6. Di antaranya saya mencoba mengikuti ajang Mahasiswa Berprestasi (Mapres) tingkat fakultas serta lomba debat bahasa Inggris di Olimpiade Ilmiah Mahasiswa tingkat fakultas. Sayang untuk keduanya saya kalah telak di ronde pertama dan hanya bisa iri (ya saya akui) melihat teman-teman saya berprestasi di berbagai hal.
Sementara menanti hasil, bagaimana dengan kuliah di semester 6? Bagi saya, semester 6 merupakan semester yang cukup menantang terutama di mata kuliah bahasa Jepang. Sejak awal saya sudah menyadari bahwa saya tertinggal jauh dibandingkan teman-teman dalam kemampuan berbahasa. Nilai saya pun selalu berada di posisi-posisi terendah dibandingkan yang lain. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, muncul sindiran maupun cibiran sehingga semangat saya untuk belajar bahasa Jepang surut bahkan sampai pada taraf muak. Melihat hal ini saya pun memperhitungkan bahwa kemungkinan saya lulus mata kuliah bahasa Jepang sangatlah kecil sehingga saya membuat satu pertaruhan terbesar dalam hidup saya.
"Kalau saya tidak lulus mata kuliah bahasa Jepang maka saya akan buktikan bahwa tanpa lulus mata kuliah itu pun saya bisa exchange!"
Ya, itu satu pertaruhan yang besar karena tidak ada jaminan bahwa saya akan dipilih untuk menjadi mahasiswa exchange meskipun sudah mengirimkan aplikasi. Saya sadar bahwa dengan demikian saya juga harus siap menghadapi skenario terburuk yaitu tidak lulus mata kuliah bahasa Jepang dan tidak diterima untuk exchange (kalau mau jujur lucunya saya sengaja tidak membeli furnitur untuk menghiasi kontrakan karena mengantisipasi kemungkinan kalau saya dapat exchange)
Alhamdulillah, Allah SWT memang menyiapkan skenario yang luar biasa untuk hidup manusia. Akhir semester 6 ketika nilai bahasa Jepang saya keluar, saya dinyatakan tidak lulus dengan nilai C-, namun datanglah e-mail dari universitas Tohoku yang menyatakan bahwa saya diterima sebagai mahasiswa exchange program IPLA (International Program for Liberal Arts).
Saya berhasil membuktiktikannya!
Sungguh sulit mempercayainya. Bahkan sampai saya sampai di Jepang saya masih tidak percaya bahwa saya berhasil diterima di program exchange. Allahuakbar!
Memang di satu sisi ada harga yang harus saya bayar yaitu masa studi saya menjadi lebih panjang karena saya harus mengulang mata kuliah bahasa Jepang ketika saya pulang nantinya. Menurut perhitungan pun, kemungkinan tercepat saya untuk lulus adalah 5,5 tahun. Tidak mengapa, saya harus memanfaatkan waktu kelulusan yang tertunda untuk berkontribusi lebih baik sebagai mahasiswa.
bersama para exchange students program IPLA & JYPE dari Indonesia
tahun ajaran 2012-2013
Untuk teman-teman yang sedang berjuang apapun impian kalian. Jangan menyerah. Saya menuturkan kisah ini untuk berbagi dengan teman-teman bahwa jalan untuk menggapai impian memang tidak mudah dan penuh hambatan, tapi selama kita tidak menyerah dalam menempuhnya maka Allah SWT akan menunjukkan jalan yang terbaik bagi kita semua. Semoga teman-teman pun bisa menggapai impiannya masing-masing.
Rabu, 07 November 2012
Menjadi Muslim di Jepang - Makanan Halal
Assalammualaikum
Konnichiwa teman-teman semua :)
Apakah kalian menyukai makanan Jepang? Apa saja makanan Jepang yang kalian tahu?
Sebagian besar dari kita rasanya mengetahui ramen, sushi, tempura, miso, dan lain sebagainya sebagai makanan khas Jepang. Nah, dalam tulisan kali ini saya ingin membahas mengenai urusan makanan halal di Jepang. Kenapa? Karena urusan makanan ini benar-benar sangat penting dan menyangkut hidup kita terutama sebagai seorang muslim yang memiliki aturan terkait makanan apa saja yang boleh dimakan.
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin mengajarkan kepada umatnya agar memakan makanan yang baik yakni berupa makanan halal. Hal ini seperti yang disampaikan dalam Al-Qur'an surat Al-An'am ayat 118-119:
"Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu berima kepada ayat-ayat-Nya (118). Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengna hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas"
Ada juga ayat-ayat lain yang menambahkan penjelasan mengenai masalah halal dan haram. Secara singkat, apa saja sebenarnya yang termasuk dalam kategori makanan yang haram? Berdasarkan kajian KMIS (Keluarga Muslim Indonesia Sendai) yang saya ikuti, berikut adalah makanan yang haram untuk dikonsumsi oleh kaum muslimin:
Konnichiwa teman-teman semua :)
Apakah kalian menyukai makanan Jepang? Apa saja makanan Jepang yang kalian tahu?
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin mengajarkan kepada umatnya agar memakan makanan yang baik yakni berupa makanan halal. Hal ini seperti yang disampaikan dalam Al-Qur'an surat Al-An'am ayat 118-119:
"Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu berima kepada ayat-ayat-Nya (118). Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengna hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas"
Ada juga ayat-ayat lain yang menambahkan penjelasan mengenai masalah halal dan haram. Secara singkat, apa saja sebenarnya yang termasuk dalam kategori makanan yang haram? Berdasarkan kajian KMIS (Keluarga Muslim Indonesia Sendai) yang saya ikuti, berikut adalah makanan yang haram untuk dikonsumsi oleh kaum muslimin:
- Bangkai (kecuali ikan) dan Darah
- Babi
- Daging hewan yang disembelih tanpa menyebut nama Allah SWT
- Binatang buas yang bertaring dan burung yang berburu tajam
- Khimar dan bighal
- Al Jallaha (hewan yang memakan kotoran)
- Dhab (biawak)
- Hewan yang diperintahkan untuk dibunuh (ular, tikus, anjing hitam)
- Hewan yang dilarang untuk dibunuh
- Katak
- Minuman yang memabukkan (Khamr)
Nah, bagaimana dengan makanan di Jepang?
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya tidak beragama Islam maka banyak sekali makanan di Jepang yang memakai bahan-bahan haram. Biasanya, seorang pendatang, terutama yang tidak mengerti bahasa Jepang, tanpa sengaja akan memakan makanan yang sebenarnya haram di sini. Saya sendiri juga pernah tanpa sengaja memakan produk yang ternyata mengandung bahan yang terhitung haram. Mungkin sebagian ada yang berpikir untuk memakan makanan yang biasanya halal di Indonesia seperti roti, tapi sayang sekali banyak roti yang dalam pembuatannya memakai minuman keras (biasanya ditulis 洋酒 (youshu) yang berarti arak western). Bagaimana kalau roti tawar? Untuk roti tawar secara sepintas memang kelihatannya aman, tapi ada biasanya mengandung 乳化剤 (nyuukazai) yaitu emulsifier dan ini merupakan bahan yang subhat (meragukan) karena bisa halal atau haram tergantung apakah dia berasal dari hewan (jatuhnya haram) atau tumbuhan (halal).
Makanan asli Jepang seperti sushi, ramen, dan sebagainya bagaimana? Nah, ini dia teman-teman. Bagi para pecinta makanan Jepang terutama yang muslim mungkin akan cukup kecewa karena sesungguhnya banyak yang haram. Untuk sushi, ada sebagian restoran yang ketika membuatnya memakai mirin (sake untuk bumbu masakan) sehingga menjadikannya haram (kalau tidak suka sushi itu beda urusan ya). Untuk ramen, sayangnya dapat dikatakan hampir semua kedai ramen pasti memakai mirin untuk memasak ramen sehingga jatuhnya haram. Untuk bumbu-bumbu sendiri seperti shoyu dan miso kita juga harus berhati-hati karena banyak yang dicampur dengan alkohol. Alhamdulillah di Jepang setiap produk makanan yang dijual di supermarket, convenience store (seven eleven, lawson, familymart, dsb) pasti mencantumkan bahan-bahan yang dipakai untuk membuatnya sehingga kita memiliki informasi yang jelas sebelum membelinya.
Nah, bahan-bahan apa sajakah yang termasuk kategori haram untuk kita makan? Berikut adalah listnya (disarikan dari blog kammi-jepang.org dan aplikasi ハラール untuk iPhone):
- 動物ショーテニングyakni shortening hewan, terdapat pada roti, coklat, biscuit, eskrim,dll
- ビーフエキス ekstrak sapi, terdapat pada keripik kentang dan snack
- 鳥イキス/ チキンエキス yakni ekstrak ayam, terdapat pada biscuit dan snack
- 豚とんこつラードポーク yakni Babi, terdapat pada ramen, kare, mie, soba,dan beberapa snack
- 肉エキス yakni ekstrak daging, terdapat pada mie
- ビーフコンソメyakni kaldu sapi, terdapat pada keripik kentang
- コンソメパウダー yakni serbuk kaldu, terdapat pada keripik kentang
- コンソメyakni kaldu/consomme, terdapat pada berbagai snack
- 洋酒 yakni Arak (arak western), terdapat pada coklat, kue, jelly
- 酒 yakni Sake, terdapat pada coklat
- アルコール yakni Alcohol, terdapat padashoyuu, cuka, minuman
- ブランヂ yakni Brandy, terdapat biskuit, kue
- ラム yakni Rum, terdapat pada kue, coklat
- みりん yakni sake merah (sake untuk bumbu masakan), terdapat pada nabe, yakisoba, chikuwa
- ワインyakni wine, terdapat pada coklat, kue
- ゼラチン(ゲリ) yakni Gelatin, terdapat pada coklat, agar-agar, jelly
Sedangkan berikut ini adalah bahan-bahan yang termasuk syubhat (di blog kammi-jepang.org termasuk bahan-bahan yang haram) karena bisa berasal dari hewan (haram) dan tumbuhan (halal).
- マーガリン yakni Margarin, terdapat pada kue, pie, roti
- 油脂 yakni Lemak, terdapat pada roti, coklat, es krim, kue
- 乳化剤 yakni pengemulsi/emulisifier, terdapat pada roti, snack, susu olahan, keju. Jika ada keterangan (大豆由来)berarti terbuat dari kacang kedelai sehingga halal untuk dimakan.
- バター yakni mentega, terdapat pada roti, kue
- ショーテニングyakni Shortening, terdapat pada roti, coklat, biscuit, eskrim, dll. Jika ada keterangan (大豆由来)berarti terbuat dari kacang kedelai sehingga halal untuk dimakan.
- 酵母 atau イースト yakni ragi, terdapat pada roti
- ベーキングパウダー atau ふくらし粉 yakni baking powder atau baking soda, terdapat pada roti
Untuk mengetahui secara jelas unsur-unsur yang syubhat tersebut terbuat dari tumbuhan atau hewan, cara terbaik adalah menanyakan kepada customer service dari produsen makanannya. Begitu juga dengan restoran dan tempat lainnya yang menjajakan makanan. Jalan terbaik untuk mengetahui dari bahan apa sajakah makanan tersebut dibuat adalah dengan bertanya langsung.
Sebenarnya di Jepang juga ada toko dan restoran yang menjual makanan halal. Contohnya di dekat asrama saya di Aoba-ku, Sendai ada toko bernama Majumder yang dimiliki oleh orang Bangladesh. Secara online pun kita dapat memesan makanan yang Insya Allah halal seperti lewat http://www.toko-indonesia.org (secara umum menawarkan bahan makanan dari Indonesia).Untuk restoran halal umumnya restoran India, Bangladesh, dan sebagainya menyediakan menu makanan halal, namun ayangnya harga yang ditawarkan pun tidak murah dan lebih mahal dari restoran yang lainnya.
Ada juga beberapa blog yang melakukan ulasan terhadap produk-produk makanan secara spesifik (contoh: coklat merk meiji apakah halal atau tidak) seperti http://junjungbuih.multiply.com/ atau di facebook bisa mengecek halaman milik Serijaya Indonesia. Bagi yang memiliki iPhone pun bisa mencari aplikasi ハラール di App Store yang isinya mengenai produk mana saja yang halal dan haram.
Menyikapi makanan Halal dan Haram
Terkait dengan urusan halal dan haram ini, saya juga melihat bahwa setiap orang memiliki sikapnya masing-masing di Jepang. Secara umum ada beberapa sikap yang diambil oleh teman-teman muslim Indonesia (karena saya kurang mengetahui muslim dari negara lainnya bagaimana) di sini:
Tips dari saya sendiri jika ingin makanan yang dimakan itu jelas halal atau tidaknya adalah dengan memasak sendiri. Tentunya pemilihan bahan-bahan yang teliti juga dibutuhkan. Bagaimana jika rasa masakan kita sendiri tidak enak? Itu nasib kita sendiri. Prinsip saya, masakanku nasibku.
Akhir kata, pelajaran paling penting yang saya dapat dari memilah-milah makanan halal dan haram di Jepang adalah kita seyogyanya bersyukur ketika di Indonesia sangat mudah mencari makanan halal. Oleh karena itu, teman-teman di Indonesia bersyukurlah kepada Allah SWT atas kemudahan yang dirasakan.
Sebenarnya di Jepang juga ada toko dan restoran yang menjual makanan halal. Contohnya di dekat asrama saya di Aoba-ku, Sendai ada toko bernama Majumder yang dimiliki oleh orang Bangladesh. Secara online pun kita dapat memesan makanan yang Insya Allah halal seperti lewat http://www.toko-indonesia.org (secara umum menawarkan bahan makanan dari Indonesia).Untuk restoran halal umumnya restoran India, Bangladesh, dan sebagainya menyediakan menu makanan halal, namun ayangnya harga yang ditawarkan pun tidak murah dan lebih mahal dari restoran yang lainnya.
Majumder
Ada juga beberapa blog yang melakukan ulasan terhadap produk-produk makanan secara spesifik (contoh: coklat merk meiji apakah halal atau tidak) seperti http://junjungbuih.multiply.com/ atau di facebook bisa mengecek halaman milik Serijaya Indonesia. Bagi yang memiliki iPhone pun bisa mencari aplikasi ハラール di App Store yang isinya mengenai produk mana saja yang halal dan haram.
Menyikapi makanan Halal dan Haram
Terkait dengan urusan halal dan haram ini, saya juga melihat bahwa setiap orang memiliki sikapnya masing-masing di Jepang. Secara umum ada beberapa sikap yang diambil oleh teman-teman muslim Indonesia (karena saya kurang mengetahui muslim dari negara lainnya bagaimana) di sini:
- Yang penting bukan babi
- Bagi mereka yang mengambil sikap ini maka asalkan bukan babi yang lainnya tidak masalah untuk dimakan. Umumnya sikap ini diambil karena terasa sulit untuk mencari makanan yang benar-benar halal.
- Basmillah mengalahkan segalanya
- Sebagaimana judulnya, tidak masalah apapun itu ucapan bismillahirrahmanirrahim (dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) mengalahkan segala keraguan apakah makanan ini haram atau halal. Untuk makanan yang jelas-jelas halal tetap dihindari oleh mereka yang mengambil sikap ini, namun makanan yang syubhat tidak masalah selama membaca basmallah.
- Hanya yang jelas halal
- Kelompok ini memilih untuk memakan yang sudah jelal kehalalannya. Jika kemudian ada unsur yang syubhat maka sebisa mungkin akan diselidiki sampai jelas halal-haramnya.
Tips dari saya sendiri jika ingin makanan yang dimakan itu jelas halal atau tidaknya adalah dengan memasak sendiri. Tentunya pemilihan bahan-bahan yang teliti juga dibutuhkan. Bagaimana jika rasa masakan kita sendiri tidak enak? Itu nasib kita sendiri. Prinsip saya, masakanku nasibku.
Akhir kata, pelajaran paling penting yang saya dapat dari memilah-milah makanan halal dan haram di Jepang adalah kita seyogyanya bersyukur ketika di Indonesia sangat mudah mencari makanan halal. Oleh karena itu, teman-teman di Indonesia bersyukurlah kepada Allah SWT atas kemudahan yang dirasakan.
Selasa, 06 November 2012
Menjadi Muslim di Jepang - Idul Adha di Sendai
Assalammualaikum
Kali ini dalam tulisan "Menjadi Muslim di Jepang", saya ingin menceritakan tentang pengalaman Idul Adha yang berlangsung beberapa waktu yang lalu di Sendai.
Idul Adha merupakan salah satu hari raya besar dalam Islam yang memperingati kisah nabi Ibrahim dan anaknya nabi Ismail. Ketika itu, Allah SWT memerintahkan kepada nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya sebagai wujud ketaatannya. Perintah itu sangat berat mengingat nabi Ismail merupakan putra yang sangat disayangnya. Nabi Ismail sendiri berbesar hati untuk merelakan dirinya disembelih demi perintah Allah SWT, namun ketika nabi Ibrahim akan menyembelihnya, Allah SWT mengganti nabi Ismail dengan seekor domba. Peristiwa ini diabadikan dalam al-Qur'an surat as-Shaffat ayat 102-109.
Untuk memperingati keteladanan nabi Ibrahim dan nabi Ismail, umat Islam selain dianjurkan untuk melaksanakan salat sunnah Id juga diwajibkan menyembelih hewan Qurban seperti kambing atau sapi. Hari raya Idul Adha sendiri bertepatan dengan pelaksanaan haji di Mekkah sehingga bagi umat Islam, Idul Adha menjadi hari yang sangat istimewa (selain dari hari raya Idul Fitri). Di Jepang, keberadaan Islam yang minoritas menjadikan hari raya ini dirayakan dengan lebih sederhana dibandingkan di Indonesia yang dijadikan hari libur nasional. Hari raya yang pada tahun ini jatuh di hari Jum'at menyebabkan ada sebagian pelajar muslim yang memilih untuk berkuliah dibandingkan salat Id karena waktunya yang bersamaan. Selain itu, prosesi penyembelihan hewan juga tidak dilaksanakan di sini karena (menurut informasi dari teman saya) qurban melanggar hukum terkait perlindungan hewan di Jepang. Sebenarnya masjid sendiri menawarkan paket Qurban dengan kambing yang paling murah seharga 12.000 yen, namun saya kurang mengetahui apakah hewan-hewan tersebut kemudian disembelih di wilayah lain atau bagaimana. Saya sendiri sempat bingung bagaimana akan berqurban, namun tertolong oleh keluarga di Indonesia yang ternyata sudah mengurus qurban untuk saya.
Di Sendai, masjid Sendai melaksanakan salat Id yang dilakukan pada pukul 9 pagi dengan takbiran dimulai pukul setengah 9 pagi. Hal ini sangat berbeda dengan di Indonesia dimana takbiran sudah dimulai sejak semalam sebelumnya. Untuk grup muslim Indonesia di Sendai, kami mendapat undangan untuk membantu merapihkan masjid semalam sebelum salat. Paginya sebagian dari kami ada yang naik bus dan bagi yang memiliki mobil bertugas menjemput rekan-rekan yang lainnya. Setelah takbiran selama 30 menit, salat dilaksanakan dengan khusyuk. Setelah salat, sang imam menyampaikan khotbah yang dikutipnya dari khotbah Rasulullah SAW ketika melaksanakan haji wada'. Hal ini dikarenakan sang imam menginginkan para jamaah untuk mendengarkan pesan langsung Rasulullah kepada umat Islam. Pasca khotbah, para jamaah saling bercengkerama (foto di bawah).
Untuk menghadiri prosesi salat Id sendiri sebenarnya cukup menantang bagi saya karena waktunya bertepatan dengan jam kuliah. Awalnya saya cukup bimbang apakah akan ikut tapi bolos kuliah atau sebaliknya. Kebimbangan ini bertambah setelah salah seorang teman yang awalnya akan bolos memilih untuk tidak salat dan ikut kuliah. Alhamdulillah, dalam kebimbangan, saya mendapatkan nasehat bahwa kita tidak seharusnya hidup untuk mengejar urusan dunia saja namun urusan kita kepada Allah SWT harus diutamakan. Berbekal nasehat itu, saya pun nekat meminta izin kepada dosen via e-mail dan alhamdulillah diizinkan. Saya pun dapat menghadiri salat Id meskipun setelah itu harus segera menggowes sepeda menuju kampus untuk mengejar kuliah.
Oh ya, Keluarga Muslim Indonesia Sendai (KMIS) juga memiliki acara sendiri dalam merayakan Idul Adha yaitu dengan menggelar acara silaturahmi sambil makan-makan di salah satu asrama untuk mahasiswa asing. Acara digelar pada pukul 5 sore hingga selesai dengan sajian berbagai makanan Indonesia yang cukup melepas kerinduan.
Begitulah pengalaman Idul Adha di Sendai. Meskipun sederhana, namun memiliki kesan tersendiri.
Rabu, 24 Oktober 2012
Menjadi Muslim di Jepang - Salat
Assalammualaikum
Konnichiwa,
Tak terasa sudah hampir satu bulan saya tinggal di negeri sakura, Jepang. Sampai saat ini pun sejujurnya masih sulit untuk mempercayai bahwa saya benar-benar berada di Jepang untuk program exchange di universitas Tohoku, Sendai.
Sebagai orang asing (gaijin) tentunya ada banyak hal yang berbeda dibandingkan dengan negara asal, Indonesia. Tantangan budaya yang berbeda juga bertambah dengan berbedanya kebiasaan dan juga kepercayaan soal agama di sini. Oleh karena itu, saya ingin membagikan pengalaman saya sejauh ini kepada teman-teman semua terutama saudara seiman dalam menjadi seorang muslim di Jepang. Dalam kesempatan ini, saya akan memulai dengan pengalaman dalam melaksanakan salat 5 waktu di sini.
Salat
Sebagai seorang muslim, melaksanakan ibadah salat 5 kali dalam sehari merupakan kewajiban yang harus ditunaikan kepada Allah SWT. Di Indonesia, masjid dan lantunan azan yang senantiasa mengingatkan waktu salat dapat dengan mudah kita jumpai. Keadaannya sangat berbeda di Jepang karena Islam merupakan minoritas di sini. Sejauh saya ketahui sampai saat ini ada 1 masjid di kota Sendai (masjid Sendai atau ICCS, Islamic Cultural Center Sendai), namun untuk mencapainya butuh waktu yang tidak sebentar baik dari kampus maupun dari asrama tempat tinggal saat ini. Majidnya sendiri cukup sederhana dan setiap sabtu senantiasa diadakan tilawah Qur'an bersama. Besok (Kamis, 25 Oktober 2012), rencananya akan diadakan bersih-bersih masjid untuk persiapan salat Idul Adha yang jatuh di hari Jum'at. Jika tidak berhalangan insya Allah saya akan bercerita lebih di postingan berikut-berikutnya :)
Kembali lagi ke urusan ibadah salat, karena lokasi masjid yang tidak terlalu dekat dengan kampus sehingga seringkali saya dan teman-teman lainnya harus beribadah di tempat lainnya terutama bagi di kampus bagi para mahasiswa.
Foto masjid Sendai dari world-of-mosque.net
Interior masjid Sendai
Kembali lagi ke urusan ibadah salat, karena lokasi masjid yang tidak terlalu dekat dengan kampus sehingga seringkali saya dan teman-teman lainnya harus beribadah di tempat lainnya terutama bagi di kampus bagi para mahasiswa.
Di lingkungan universitas Tohoku sendiri ada beberapa lokasi yang dapat digunakan untuk beribadah kendati tidak resmi sebagai tempat ibadah khusus. Bagi yang berkuliah di kampus daerah Kawauchi seperti saya, umumnya kita salat di lantai teratas gedung multimedia atau di International Center. Salatnya sendiri terkadang berjamaan terkadang sendiri, tergantung apakah ketika mau salat ada yang lain juga atau tidak. Pemilihan tempat ini juga dikarenakan lokasi yang sepi dan tenang sehingga tidak akan terganggu ataupun mengganggu orang-orang di sekitar. Selain itu, salah seorang dosen juga pernah menawarkan ke saya jika membutuhkan ruangan untuk melaksanakan ibadah dan alhamdulillah ketika saya mau melaksanakan salat di gedung Fakultas Ekonomi hari ini, saya diijinkan menggunakan ruangan salah seorang dosen.
Hal yang cukup menantang adalah ketika kita sedang berjalan-jalan di daerah perkotaan dan sudah tiba waktunya salat. Tidak seperti di Indonesia dimana musalla terdapat di hampir semua tempat, di sini tidak ada musalla sama sekali sehingga kita harus pintar-pintar mencari lokasi yang sepi untuk salat. Pemilihan lokasi cukup penting karena bagi orang Jepang yang tidak terbiasa melihat gerakan salat akan dianggap mencurigakan dan "mengganggu" (mungkin lebih tepatnya mengkhawatirkan) sehingga ada kemungkinan akan didatangi oleh security atau bahkan polisi seperti yang pernah dialami oleh salah seorang teman. Selain pemilihan tempat, hal yang penting untuk salat di tempat umum di sini adalah kita harus siap menahan atau menaggung rasa malu karena kemungkinan besar orang-orang akan memperhatikan kita ketika sedang beribadah. Hal ini terutama bagi yang perempuan yang memakai mukena menutupi seluruh tubuhnya akan terlihat sangat mencolok.
Pengalaman yang cukup menarik ketika melaksanakan salat di tempat umum ini saya rasakan ketika sedang menonton festival di kota dan sudah tiba waktu salat maghrib. Saya dan dua orang teman saya mencari-cari tempat salat hingga akhirnya kami memutuskan untuk salat di selasar depan gedung bank yang sudah tutup. Hal ini cukup "seru" karena lokasi kami beribadah adalah di distrik tempat hiburan malam (bar, klub, dan lain sebagainya) berada. Kami pun bergiliran melaksanakan salat karena akan lebih aman bila ada yang berjaga sehingga kecil kemungkinan akan didatangi oleh security di daerah tersebut. Ketika teman saya yang perempuan sedang salat, saya melihat bahwa orang-orang memperhatikan ke arah kami dengan pandangan heran. Menyadari hal tersebut saya berpikir mungkin memang perempuan itu begitu terlihat berbeda dengan mukena yang dikenakannya karena ketika saya dan teman saya yang laki-laki salat, orang-orang yang memperhatikan dengan heran tidak sebanyak itu.
Kokubuncho, distrik tempat hiburan dewasa (bar, klub, dsb).
Pengalaman ini memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi saya. Terus terang setelah mengobrol dengan teman-teman di sini pun kami menyadari bahwa seharusnya di Indonesia ibadah itu bisa lebih baik karena mudah sekali untuk beribadah. Di Jepang kita harus berjuang keras agar dapat melaksanakan ibadah wajib salat. Semoga teman-teman yang di Indonesia dapat mengambil hikmahnya dan memanfaatkan kondisi yang kondusif dengan semaksimal mungkin.
Wassalammualaikum
Senin, 22 Oktober 2012
Revival!
It's been such a long time since I write something in this blog. However, I think it is a good time to start writing again especially since right now I'm in Japan for a university exchange program.
So guys, starting today I'm gonna write about my experience, opinions and other things in my life especially now.
Hope you're going to enjoy it.
So guys, starting today I'm gonna write about my experience, opinions and other things in my life especially now.
Hope you're going to enjoy it.
Langganan:
Postingan (Atom)